Motivasi
Keja
Motivasi
merupakan proses pemberian dorongan kepada anak buah supaya anak buah dapat
bekerja sejalan dengan batasan yang diberikan guna mencapai tujuan organisasi
secara optimal, pengertian proses pemberian dorongan tersebut adalah
serangkaian aktifitas yang harus dilalui atau dilakukan untuk menumbuhkan
dorongan kepada pegawai untuk bekerja sejalan dengan tujuan organisasi.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah dalam
buku Manajemen SDM (2009:76-78).
Pentingnya
motivasi menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
(2005:141-146) karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal. Untuk memotivasi pegawai, seorang pimpinan harus mengetahui motif
dan motivasi yang diinginkan pegawai. Orang mau bekerja adalah untuk dapat
memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak
disadari, berbentuk materi atau non materi, kebutuhan fisik maupun rohani.
Edwin
B. Flippo menyatakan “motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai
dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para
pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai”.
Sedangkan
menurut American Encyclopedia motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan
dan mengarahkan tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis
dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
G.R.
Terry mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri
seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
Motivasi ini tampak dalam dua segi yang berbeda, tujuannya adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai.
b. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
c. Mempertahankan kestabilan pegawai.
d. Mengefektifkan pengadaan pegawai.
e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
f. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi pegawai.
g. Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai.
h. Mempertinggi rasa tanggungjawab pegawai terhadap tugas-tugasnya.
i. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai.
b. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
c. Mempertahankan kestabilan pegawai.
d. Mengefektifkan pengadaan pegawai.
e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
f. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi pegawai.
g. Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai.
h. Mempertinggi rasa tanggungjawab pegawai terhadap tugas-tugasnya.
i. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Motivasi
bukanlah kegiatan yang sekaligus tetapi kegiatan yang siklus, dan yang
terpenting adalah menghindari faktor-faktor yang dapat membuat terjadinya
pegawai menjadi demotivasi.
Menurut
Mario Teguh yang dikutip dalam buku Seni membangkitkan inovasi dan kreatifitas
perusahaan oleh Suryadi (2005:29) hal-hal yang menyebabkan terjadinya
demotivasi di perusahaan atau lembaga :
a. Kurangnya pujian atau penghargaan kepada pegawai.
b. Kritik yang tidak obyektif, dimarahi dimuka umum, penghinaan.
c. Atasan yang malas, tidak pandai, tetapi berpangkat tinggi.
d. Reward yang diberikan tidak sesuai dengan harapan pegawai.
e. Target yang terlalu mudah dicapai.
f. Atasan yang mengharuskan hasil, tanpa menyediakan sarana.
g. Tidak adanya kejelasan mengenai hasil yang harus dicapai.
h. Tanggung jawab tanpa wewenang.
i. Perubahan yang terlalu sering.
j. Atasan yang royal untuk dirinya, tetapi kikir terhadap bawahan.
k. Yang mudah naik pangkat hanya anggota keluarga, suku, ras atau agama tertentu.
l. Persaingan yang terlalu berat.
m. Suasana tempat kerja yang tidak nyaman, tidak aman dan penuh dengan kemunafikan.
n. Visi dan misi perusahaan/lembaga hanya untuk kesejahteraan orang-orang tertentu.
o. Tidak dilibatkan dalam penetapan keputusan yang mengenai tugas dan dirinya.
Sebagai pimpinan tentunya hal-hal penyebab demotivasi diatas harus dihindari dan pimpinan selalu memberikan motivasi kepada bawahannya.
a. Kurangnya pujian atau penghargaan kepada pegawai.
b. Kritik yang tidak obyektif, dimarahi dimuka umum, penghinaan.
c. Atasan yang malas, tidak pandai, tetapi berpangkat tinggi.
d. Reward yang diberikan tidak sesuai dengan harapan pegawai.
e. Target yang terlalu mudah dicapai.
f. Atasan yang mengharuskan hasil, tanpa menyediakan sarana.
g. Tidak adanya kejelasan mengenai hasil yang harus dicapai.
h. Tanggung jawab tanpa wewenang.
i. Perubahan yang terlalu sering.
j. Atasan yang royal untuk dirinya, tetapi kikir terhadap bawahan.
k. Yang mudah naik pangkat hanya anggota keluarga, suku, ras atau agama tertentu.
l. Persaingan yang terlalu berat.
m. Suasana tempat kerja yang tidak nyaman, tidak aman dan penuh dengan kemunafikan.
n. Visi dan misi perusahaan/lembaga hanya untuk kesejahteraan orang-orang tertentu.
o. Tidak dilibatkan dalam penetapan keputusan yang mengenai tugas dan dirinya.
Sebagai pimpinan tentunya hal-hal penyebab demotivasi diatas harus dihindari dan pimpinan selalu memberikan motivasi kepada bawahannya.
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content
theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan teori
motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory)
1.
Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan
dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami
antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai
kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku
kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan
memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan
merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin
memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,
bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau
disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
- Kebutuhan
rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidp
- Kebutuhan
untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta
dicintai
- Kebutuhan
akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang
lain
- Kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
2.
Teori
Keadilan
Keadilan
merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi
perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan
pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini
melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan
input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
3.
Teori
X dan Y
Douglas
McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada
dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut
teori Y (Robbins, 2007).
McGregor
menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan
atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk
perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
4.
Teori
dua Faktor Herzberg
Teori
ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang
individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap
pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins,
2007)
Herzberg
memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan
bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor
ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
(1)
Upah,
(2)
Kondisi kerja,
(3)
Keamanan kerja,
(4)
Status,
(5)
Prosedur perusahaan,
(6)
Mutu penyeliaan,
(7)
Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan
tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan
ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya
suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi : (1) Pencapaian
prestasi,
(2)
Pengakuan,
(3)
Tanggung Jawab,
(4)
Kemajuan,
(5)
Pekerjaan itu sendiri,
(6)
Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan
kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat
yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor ekstrinsik
tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
5.
Teori
Kebutuhan McClelland
Teori
kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya.
Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a)
Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan
mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil
b)
Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c)
Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi
yang ramah dan akrab.
Model
Pengukuran Motivasi
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak
dikembangkan, diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan
6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu
:
(1)
Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi,
(2)
Berani mengambil dan memikul resiko,
(3)
Memiliki tujuan realistik,
(4)
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan
tujuan, (5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang
dilakukan, dan (6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Edward Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat bahwa
karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai
berikut :
(1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya,
(2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan,
(3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan
keterampilan,
(4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang
tertentu,
(5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan,
(6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti, dan
(7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
Sumber :
http://www.ruslani.com/kata-semangat-motivasi-kerja-karyawan.html
http://www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=59:mk&catid=40:msdm&Itemid=62
https://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/definisi-motivasi-kerja/
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi
No comments:
Post a Comment